ads
Peran Sektor Mid-Market dalam Mendorong Keberlanjutan di Indonesia

Peran Sektor Mid-Market dalam Mendorong Keberlanjutan di Indonesia

Smallest Font
Largest Font

Beritadata - Dengan meningkatnya kesadaran global akan pentingnya keberlanjutan, perhatian banyak pihak cenderung terfokus pada perusahaan besar dunia, terutama terkait kewajiban mereka dalam pelaporan dan transparansi. 

Namun, perusahaan di sektor mid-market yang merupakan pilar utama dalam ekonomi global, sering kali tidak mendapatkan perhatian yang layak. Padahal, kontribusi mereka sangat signifikan dalam membangun masa depan yang berkelanjutan.

Bagi sektor mid-market, keberlanjutan kini menjadi kebutuhan yang tidak bisa diabaikan. Mereka menghadapi persaingan pasar yang ketat, permintaan klien yang terus meningkat, serta tekanan dari investor. Selain itu, mereka juga dituntut untuk mematuhi regulasi dan standar yang semakin kompleks. Namun, bagi banyak perusahaan, keberlanjutan masih merupakan konsep baru tanpa panduan atau peta jalan yang jelas.

Peran Penting Mid-Market dalam Ekosistem Bisnis Global

Perusahaan sektor mid-market memiliki posisi strategis dalam rantai pasokan global, menjembatani kebutuhan organisasi besar dengan klien di seluruh dunia. Dengan mengadopsi prinsip keberlanjutan, perusahaan-perusahaan ini dapat mendukung organisasi besar dalam memenuhi persyaratan rantai pasokan sekaligus menjadi teladan bagi perusahaan kecil.

Sebagai elemen kunci dalam keberlanjutan ekosistem global, sektor mid-market memerlukan dukungan, panduan, dan lingkungan bisnis yang kondusif untuk terus berkembang dan berkontribusi secara optimal.

“Perusahaan mid-market adalah tulang punggung ekonomi Indonesia dan dunia. Dengan meningkatnya fokus pada keberlanjutan, Grant Thornton Indonesia berkomitmen membantu mereka mengatasi tantangan sekaligus memanfaatkan peluang menuju masa depan yang lebih berkelanjutan,” ujar Anugrah Fitrah Ramadhan, Direktur Pajak dan Transfer Pricing di Grant Thornton Indonesia.

Ia juga menambahkan, “Keberlanjutan tidak hanya soal memenuhi regulasi, tetapi juga menciptakan nilai jangka panjang bagi bisnis, klien, dan masyarakat. Dengan bimbingan yang tepat, perusahaan mid-market bisa memperoleh keunggulan kompetitif yang signifikan.”

Penerapan di Indonesia

Di Indonesia, berbagai langkah menuju keberlanjutan sudah mulai diterapkan, termasuk inisiatif pajak hijau meskipun implementasi pajak karbon masih dalam tahap persiapan. 

Rencananya, pajak karbon akan diberlakukan pada 2026, sejalan dengan standar internasional dan menyesuaikan dengan Mekanisme Penyesuaian Karbon Perbatasan (CBAM) yang diterapkan Uni Eropa. Selain itu, komitmen pemerintah terhadap keberlanjutan tercermin dalam kerangka hukum nasional, seperti UUD 1945 Pasal 33 yang menekankan pembangunan ekonomi berkelanjutan sambil melestarikan lingkungan, serta UU No. 32 Tahun 2009 yang berfokus pada pengelolaan lingkungan hidup.

Mengutip dari Medcom, Anugrah Fitrah Ramadhan menyampaikan bahwa penerapan pajak karbon dapat memacu transformasi industri menuju energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan. 

"Komitmen Indonesia terhadap keberlanjutan tercermin jelas dalam regulasi nasional, dan inisiatif seperti pajak karbon diharapkan mempercepat transisi menuju industri yang lebih hijau," tutupnya.

Indonesia terus memperkuat posisinya dalam keberlanjutan, tidak hanya melalui regulasi seperti pajak karbon yang direncanakan berlaku pada 2026 tetapi juga melalui berbagai inisiatif yang memanfaatkan peluang ekonomi dari transisi hijau. Laporan McKinsey mencatat bahwa transisi ke ekonomi hijau di Indonesia dapat menghasilkan nilai tambah hingga $125 miliar (Rp1,278 triliun) dari sektor-sektor utama, terutama melalui dekarbonisasi dan inovasi teknologi hijau. Hal ini menunjukkan potensi besar untuk sektor mid-market dalam mendukung transformasi ini melalui rantai pasokan yang lebih berkelanjutan.

Selain itu, Indonesia menunjukkan komitmen kuat terhadap keuangan berkelanjutan dengan peluncuran obligasi terkait SDG (Sustainable Development Goals) pertama di Asia Tenggara pada 2021. Pemerintah juga telah memperkenalkan taksonomi hijau untuk memberikan panduan investasi yang lebih jelas, terutama dalam mendukung proyek energi terbarukan dan keberlanjutan sosial. Inisiatif ini, yang didukung oleh presidensi G20 Indonesia pada 2022, memperkuat posisi negara ini sebagai pemimpin dalam mendorong standar keberlanjutan internasional.

Tren ini sejalan dengan pertumbuhan pasar teknologi hijau di Indonesia, yang diproyeksikan terus meningkat hingga 2030. Teknologi seperti manajemen jejak karbon, bangunan hijau, dan deteksi kebocoran air menjadi bidang yang menarik perhatian pelaku industri. Sektor mid-market memiliki peluang besar untuk mengadopsi solusi ini, baik sebagai strategi kepatuhan maupun sebagai langkah strategis untuk menciptakan nilai tambah bagi pelanggan dan masyarakat luas.

Tim Editor
Daisy Floren

Apa Reaksi Kamu?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow
ads

Paling Banyak Dilihat

ads
ads