ads
Data LPS Buktikan Orang Kaya Makin Kaya dan Orang Miskin Makin Miskin

Data LPS Buktikan Orang Kaya Makin Kaya dan Orang Miskin Makin Miskin

Smallest Font
Largest Font

Beritadata - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melaporkan adanya perlambatan yang signifikan dalam pertumbuhan tabungan masyarakat dengan nominal di bawah Rp100 juta. Dari data yang ada, pertumbuhan simpanan masyarakat dengan nominal di bawah Rp100 juta pada periode Juli 2019 hingga Juli 2021 tercatat mencapai 18,7%. Sementara itu, pertumbuhan simpanan dengan nominal Rp100 juta hingga Rp200 juta selama periode yang sama tumbuh sebesar 24%.

Namun, pada periode Juli 2021 hingga Juli 2024, pertumbuhan tabungan kurang dari Rp100 juta hanya meningkat sebesar 11,9% secara tahunan, dan simpanan di kisaran Rp100 juta hingga Rp200 juta naik sebesar 13,3% secara tahunan.

Sebaliknya, tabungan masyarakat dengan nominal lebih dari Rp5 miliar, yang sebagian besar dimiliki oleh korporasi, mengalami peningkatan yang signifikan. Dari Juli 2019 hingga Juli 2021, terjadi kenaikan sebesar 36,8%, dan pada periode Juli 2021 hingga Juli 2024, pertumbuhannya kembali meningkat hingga 33,9%. Pada Juli 2024, pola pertumbuhan tiga tahunan membentuk piramida terbalik, di mana semakin besar jumlah tabungan, semakin besar pula tingkat pertumbuhannya.

Data tersebut juga didukung oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yang menunjukkan bahwa jumlah kelas menengah di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 57,33 juta orang atau 21,45% dari total populasi. Namun, pada tahun 2024, jumlah ini menurun menjadi 47,85 juta orang atau sekitar 17,13%.  Dengan kata lain, ada sekitar 9,48 juta orang dari kelas menengah yang mengalami penurunan status menjadi kelas menengah rentan atau rentan miskin.

Direktur Distribusi dan Pendanaan Institusional Bank BTN, Jasmin, mengonfirmasi adanya peningkatan dana dari nasabah kelas atas. 

"Tren pertumbuhan simpanan di BTN serupa dengan bank lain. Simpanan di atas Rp5 miliar tumbuh, sementara simpanan di bawah Rp100 juta menurun," ujarnya dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Jumat (13/9).

Meskipun begitu, fenomena ini tidak menimbulkan masalah besar bagi likuiditas perbankan, terutama karena pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di industri perbankan masih memadai. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pada Juli 2024, DPK mencapai Rp8.687 triliun, meningkat 7,72% secara tahunan, meskipun mengalami kontraksi bulanan sebesar 0,4%.

Jasmin juga menambahkan bahwa jika tren penurunan kelas menengah terus berlanjut dan berdampak pada kemampuan mereka menabung, hal ini dapat mempengaruhi kualitas kredit mereka.

Hal yang sama diakui oleh Bank Negara Indonesia (BNI). Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, menyatakan bahwa fenomena ini berdampak pada peningkatan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) di segmen usaha kecil dan menengah (UKM). Namun demikian, pertumbuhan tabungan di BNI secara keseluruhan tetap stabil, didorong oleh peningkatan simpanan nasabah kaya.

"Tabungan dan kredit konsumtif tidak terlalu terpengaruh oleh penurunan kelas menengah karena segmen menengah atas masih cukup kuat," kata Royke.

Sementara itu Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiatmadja, mengatakan bahwa tren pertumbuhan tabungan saat ini merupakan dampak berkelanjutan dari krisis pandemi Covid-19.

"Inilah yang disebut sebagai pemulihan berbentuk huruf K," ungkapnya dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Selasa (10/9).

Pemulihan berbentuk K atau K-shaped recovery merujuk pada situasi di mana beberapa sektor ekonomi pulih dengan cepat, sementara sektor lain justru mengalami kemunduran. Secara visual, bentuk pemulihan ini menyerupai dua lengan huruf "K", di mana satu kelompok mengalami peningkatan sementara kelompok lainnya justru menurun. Fenomena ini menggambarkan bagaimana beberapa kelompok masyarakat dan industri tertentu diuntungkan, sementara kelompok lainnya terpuruk.

Mayoritas Dana Bank Dikuasai Orang Superkaya

Berdasarkan data dari LPS di atas, sebagian besar dana simpanan di bank dimiliki oleh nasabah superkaya, dengan simpanan lebih dari Rp5 miliar.

Meskipun jumlah nasabah superkaya di Indonesia tidak mencapai 0,1% dari total nasabah, yakni sebanyak 586.957.525 nasabah hingga Juli 2024, total nilai simpanan mereka sangat besar.

Menurut data distribusi rekening simpanan LPS edisi Juli 2024, nasabah dengan total simpanan di atas Rp5 miliar mencapai 142.324 rekening, yang hanya mencakup 0,0% dari total rekening di Indonesia. Namun, total nilai simpanan dari kelompok nasabah ini mencapai Rp4.671,31 triliun, meningkat 10,4% dari tahun sebelumnya.

Secara keseluruhan, jumlah simpanan nasabah superkaya setara dengan 53,5% dari total simpanan di perbankan nasional, yang mencapai Rp8.727,38 triliun.

Tim Editor
Daisy Floren

Apa Reaksi Kamu?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow
ads
ads
ads